[resensi] MOON IN THE SPRING

Senin, 20 Juni 2016

Judul               : Moon in the Spring
Penulis            : Hyun Go Wun
Penerjemah      : Sitta Hapsari
Penyunting      : Selsa Chintya
Penerbit           : Penerbit Haru
Halaman           : 405
Tahun Terbit    : Cetakan pertama, September 2014
ISBN                : 978-602-7742-39-0
Harga               : IDR 63.000

Dal-Hee, penghuni langit yang akan dikandidatkan menjadi seorang dewi kembali berbuat onar. Kali ini perilakunya membuat para tetua dan dewa-dewi menjadi resah. Dengan hobi Dal-Hee mengagumi pria-pria tampan yang ada di bumi, dia turun ke bumi untuk menemukan pria tampan yang diinginkannya. Ditambah dengan dia mendengar suara wanita di bumi yang sedang meminta tolong. Yoon Ji-Wan, seorang wanita lemah yang telah dinyatakan meninggal beberapa saat yang lalu. Dal-Hee menemukan Ji-Wan, dan berniat membantu roh Ji-Wan untuk menyelesaikan urusannya di dunia. JI-Wan yang telah dinyatakan meninggal tiba-tiba hidup lagi. Dalam raga Ji-Wan terdapat sosok seorang Dal-Hee yang pada akhirnya harus selalu berurusan dengan tunangan Ji-Wan, Kang Min-Hyuk. Dan Dal-Hee bertekad untuk memperbaiki sifat Kang Min-Hyuk yang selama ini terlalu dingin dan bersikap jahat kepada Ji-Wan.



“Setiap manusia sudah memiliki takdirnya masing-masing. Begitu pula dengan usia manusia, usia hidup dan mati manusia pun telah digariskan oleh takdir. Akan tetapi bisa juga semua kembali kepada tekad dan niat yang dimiliki manusia itu. Nasib seorang manusia bisa berubah ketika ia mau bertarung dengan dirinya sendiri. Namun, semua akan berbeda ketika manusia itu sendiri yang ingin menyerah menjalani hidupnya.” (halaman 21)

Moon in the Spring, novel berlatar tempat di Korea kedua yang saya baca yang diterbitkan oleh Penerbit Haru. Bertemakan Roman Fantasi dengan imajinasi di luar nalar manusia, yang menjadikan novel ini lumayan menarik. Karakter Dal-Hee yang mampu merubah pandangan orang terhadap diri Ji-Wan menjadikan cerita ini terasa crunchy untuk dinikmati. Berbagai konflik di dalamnya juga membuat karakter tiap tokoh semakin terlihat, seperti misalnya karakter Min-Hyuk yang sangat ego sentris.
Memang untuk alur cerita bisa dikatakan lambat dan terkesan kurang ada “ledakan-ledakan” di dalamnya. Namun syukurlah untuk pertengahan sampai akhir cerita greget sudah mulai muncul.

Secara keseluruhan lagi-lagi Haru menampilkan penerjemahan kalimat yang bisa dikatakan sempurna. Walaupun kebanyakan cerita dari negeri ginseng ini seringkali klise, begitu pula novel ini, namun Haru mampu mengemasnya dengan apik. Sehingga menjadikan menarik untuk dibaca sampai akhir. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS